Sabtu, 30 Mei 2015

Optimisme Yang Harus Tertanam Dalam Diri Seorang Aktivis Dakwah Kampus #M.Asbullah



Optimisme Yang Harus Tertanam Dalam Diri Seorang Aktivis Dakwah Kampus
Lembaga Dakwah kampus (LDK ) merupakan salah satu organisasi kampus yang sangat besar, oleh karena itu dalam organisasi ini banyak Aktivis-aktivis yang mempunyai semangat juang yang tinggi. Aktivis dakwah kampus merupakan salah satu Agen perubahan yang mampu memberikan kontribusinya untuk organisasi tersebut dan orang lain tentunya. Tetapi tidak banyak aktivis dakwah mengukur keterlibatan orang lain dalam keadaandakwah dengan standar-standar yang sempit dan terbatas. Seseorang yang tidak mau mencurahkan semua potensi, waktu, dan hartanya, dianggap sebagai kekurangan. Di antara mereka ada yang menuduh saudaranya tidak mengetahui problematika kehidupan sosial yang pelik, yang tengah dihadapi umat saat ini.
Ketika seorang akh masih berstatus sebagai maha-siswa, ia memiliki waktu untukdakwah yang relatif banyak, namun sumbangan dananya relatif sedikit. Setelah lulus dan menjadi pegawai atau dosen, ia memberikan sumbangan dana lebih besar, tetapi memiliki waktu luang lebih sempit untuk dakwah. Ketika ia menikah, nilai harta dan waktu baginya menjadi berkurang. Bahkan, ketika punya anak, ia tidak dapat memenuhi tugas-tugasnya selain menurut kemampuannya. Dalam pandangan para aktivis dakwah, sering dipersepsi bahawa setiap orang harus mencurahkan segala sesuatu yang dimilikmya, padahal Allah berfirman:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (Al-Baqarah: 286)
Setiap kali seseorang memberikan dan mencurahkan potensinya, seberapa pun, ituakan menjadi simpanan dan persediaan kebaikannya. Bagaimanapun, sikap ini bukanlah fenomena umum. Banyak pemuda yang dapat menundukkan kendala-kendala ini sesuai dengan kadar keimanannya terhadapkeagungan risalah, serta kesedaran terhadap pentingnya amanah dan tanggung jawab terhadap masa depan Islam. Dakwah menuntut penyertaan setiap muslim sesuai dengan kadar yang tidak sampai mempersulit kehidupannya. Bahkan yang wajib adalah sebaliknya. Memang ada yang mencurahkan dan mengorbankan segalanya sehingga siap mengganti posisi yang lain dan bertahan di barisan terdepan. Setiap muslim harus menyadari bahawa fizikal manusia terdiri dari beberapa anggota: kedua tangan, mata, telinga, dan lain-lain yang sejenis itu. Masing-masing memiliki tugas dan misinya. Demikian pula setiap muslim menunaikan tugasnya sesuai dengan potensi yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Dengan begitulah masyarakat Islam akan tercipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar