sember: googleimage |
Demi
masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali mereka
yang beriman dan mengerjakan amal shaleh serta saling menasehati dalam kebaikan
dan kesabaran. (QS Al Ashr)
Yaks! Seperti judul di atas. Waktu? Makhluk
apa ini.
Aku yakin dan percaya, tak ada
seorangpun yang mampu menggambarkan apa itu waktu. Kenapa keberadannya sangat
menentukan? Mari kita ulik bersama.
Semua dari kita
mendapat jatah waktu yang sama dari Sang Cipta, bertotal 24 jam. Tak ada yang
lebih dan tak ada yang kurang. Baik si kaya maupun si miskin. Si rajin maupun
si malas. Siapapun. Semuanya secara adil
mendapatkan jatah 24 jam. Lalu, kenapa ada yang merasa waktunya kurang? Di sisi
lain ada yang berfoya-foya atas waktu yang dianggapnya berlebih tadi. Ini soal
koordinasi, pengaturan, dan pemanfaatan. Kalam illahi di atas sudah sangat
jelas. Merugilah kita, kita yang tak beriman dan tak mengerjakan amal soleh
juga mengingatkan atas kebaikan dan kesabaran. Merugilah kita yang tidak bisa
memanfaatkan waktu yang kita miliki.
Sudah pernah
denger kan, ya? Orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari
hari kemarin. Orang yang rugi adalah orang yang hari ininya sama dengan hari
kemarin. Dan celakalah, mereka yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin.
Na’udzubillaah.
Memang sih, udah
kodratnya bahwa iman itu selalu mengalami fluktuasi. Tapi disinilah akal kita
harus bekerja aktif. Jangan sampai kita merugi apalagi celaka atas yang kita
lakukan hari ini. Kalaupun terpaksa, baiklah kita merugi daripada celaka. Tapi
tetep aja kalau untung itu yang paling nyenengin, ngebahagiain, titik.
Dari 24 jam yang
kita miliki tadi, kita harus bisa sebegimana mungkin untuk tetap adil. Bagilah
waktu yang kita miliki sesuai porsinya, kebutuhannya, keperluannya. Jangan
biarkan waktumu tebuang sia-sia walau sedetik. Karna apa? Karna tidak ada
tabungan waktu luang yang berbunga iphone6.
Yang ada ia akan mengganggu hidupmu. Terus mengejarmu bahkan sampai di alam
mimpi.
Aku tak ingin
mengajari cara membagi waktu itu. Tak ingin membagikan tips memporsikan waktu
yang baik. Karna ini juga masih dalam
proses menuju ke situ. Yang kali ini hanya ingin membahas, siapa sih waktu?
Kadang manusia termasuk aku suka lalai akan waktu. Sekan-akan aku akan diberi
waktu tambahan untuk bertaubat. Kadang juga suka mengisi waktu dengan hal yang
tidak bermanfaat dengan alibi kebahagiaan. Lagi-lagi waktu ini menjadi masalah
yang krusial dan belum bisa dipecahkan.
Sebenernya aku
juga tidak tau apa itu waktu, siapa dia, bagaimana silsilah keluarganya.
Maklum, ia tak bisa kutanya dengan gamblang. Aku hanya tau bahwa dia ikut hidup
bersamaku. Ia perlahan berkurang seiring bertambahnya kegiatan yang aku lakukan
selagi aku bernapas. Ia paling setia menemani kala apapun dimanapun dan
bagaimanapun kondisinya. Ia akan bena-benar pergi saat aku dipanggil sang
pencipta nanti.
Sesekali kita
khilaf. Mengutuk waktu yang terus berlari maju sedangkan kita masih diam di
tempat. Mengkambing hitamkan waktu saat hal yang tak diinginkan terjadi. Dan
sedikit sekali yang mensyukuri waktu itu saat kebahagiaan itu hadir. Kalaukan
saja waktu itu dapat bicara, mungkin ia telah berkata sejak lama, “salahin
adek, bang. Salahin aja adek terus. Adek selalu salah”. Ahahahaha
Beginilah esensi
waktu. Tiap detiknya bagai butiran berlian yang terkikis oleh deruan ombak.
Masih saja kita menganggap waktu ini hanya selentingan. Padahal hidup abadi
nanti akan bicara dengan waktu. Apa yang telah aku lakukan dengan waktuku yang
singkat ini. Sudahkah aku bekerjasama dengannya untuk keabadianku nanti? Atau
aku membiarkan waktu berjalan sendirian sedangkan kami hidup bersamaan.
Lagi, tak ada
seorangpun yang ingin rugi, termasuk aku. Sesekali aku berfikir dan berusaha.
Apa yang bisa aku lakukan agar waktu itu menjadi sebuah keuntungan. Keuntungan
yang double bonus, dunia dan akhirat. Tapi pada kenyataannya? Aku lebih sering
rugi ketimbang untung. Kalau ini sebuah perusahaan yang lagi ngisi kajian SWOT,
mungkin perusahaan ini sudah tak layak lagi. Untunglah, Sang Pemilik Maha Penyayang
dan selalu memberi kesempatan agar aku tidak terus menerus merugi.
Lalu, pertanyaan
awal tadi belum terjawab. Hahaha maafin deh yaa. Sebenernya aku juga gatau apa
jawabannya :” tapi kalau menurutku, waktu itu adalah makhluk invisible yang
sering terabaikan tapi tak pernah mengabaikan. Dia yang terlupakan tapi tak
pernah melupakan. Dia yang sering disalahkan tanpa pernah menyalahkan. Dia
hanya diam dan terus berjalan hingga Pemilik memerintahkannya untuk pergi
meninggalkan kita sendirian. Bertemanlah dengannya dan sayangilah Ia.
Waktumu adalah
hidupmu. Gunakan ia sebaik-baik yang bisa dilakukan. Jangan biarkan sedetikpun
terbuang tanpa kau tau apa manfaatnya. Jangan jadi yang merugi apalagi celaka.
Balik modal aja ga cukup buat tabungan akhirat. Jangan sampai punya hutang pada
Pemilik saat kita sudah diberhentikan. Mau minta apalagi? Tambahan waktu? Atau
menyalahkan waktu? Makan eskrim aja deh biar bahagia. Eh itupun kalau masih
punya waktu.
anggiapriyana